jam dinding

Jumat, 11 Maret 2011

Cerpen

Motor butut ayah
“ Brrruumm…..” suara motor ayah membangunkan tidur siangku. Bunyinya meraung-raung memekakkan telinga.
Aku melihat dari jendela. Ayah turun dari mtor satu-satunya kendaraan kami sekeluarga. Sebuah motor kuno dengan tangki bensin didepan. Bisa dipakai tempat duduk adikku . bentuknya hamper seperti motor balap, tapi tentu saja kalah kere. Jangankan dibandingkan motor balap dengan motror lain yang bentuknya samapun motor ayah tetap kelihatan jelek dan tua.
Berkali-kali aku bilang pada ayah motor ya kuno, jelek, ketinggalan jaman dan lain-lain. Tapi ayah tidak pernah serius menanggapi omonganku yang ingin ganti motor.
Aku pernah malu ditempat parkir di sebuah swalayan gara-gara ayah mau mengunci stang motor tiba-tiba datang tukang parkir ngomel-ngomel pak jangan dikunci stang. Motor kanyak gitu, gak bakal ada yang mau mencuri katanya jengkel.
“ya…ya…”kata ayah heran wajahnya biasa aja padahal aku malu sekali
Bu,kenapa sihkita gak ganti motor?
Kataku sepulang belanja .
Kenapa ,ta ?
Bikin malu saja.tadi di swalayan di marahi tukang parker gara-gara motor jelek itu .
-dimarahi?
-iya
Bukan gara-gara motornya , tapi ayah yang salah.
Bu kenapa sih tidak beli motor yang baru sih
“Sekarang lihat ini. Ini adalah daftar uang yang di terima dan yang di keluarkan ibu dalam waktu sebulan. Jumlah uang yang di terima di kurangi dengan uang yang di keluar, adalah sisa uang kita dalam satu bulan. “Ibu menunjukkan jumlah uang yang menurutku tidak begitu besar.
“Inilah uang yang kita tabung setiap bulan. Belum cukup untuk membeli motor, Ta.”
Sekarang aku mengerti dan jadi merasa bersalah pada Ayah karena sering bersikap kasar karena motornya itu. Aku harus meminta maaf padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar